Sepagi Puisi

Aku mencintaimu dalam mentari yg menjadikan pagi,
dalam subuh yg menjadikan hangat,
dalam kajian-kajian hidup yg tertuang pada buku dan nada.
Aku mencintaimu karena semesta,
karena takdir berbuah kita.
Aku tidak berharap banyak dan cintaku tak segunung Merapi.
Namun,
Cintaku adalah sepenuh hari ini,
setebal buku yang kubaca,
sepanjang waktu nada bicara,
Selama itulah aku mampu menghidupi diriku sendiri dengan cintaku,
dengan cintamu.
Tak banyak harap dariku,
tapi yang penting besar harapku untukmu agar kau selalu menjadi baik,
pada semua orang.
Berilah orang-orang terdekatmu dengan senyummu itu,
dengan kebaikanmu yang tiada habis,
dengan ramah tamah dan segala kesederhanaan hati.
Jadilah pemimpin atasmu hari ini,bersedekahlah,
jangan tinggalkan tiang agamamu.
Aku mencintaimu karena semesta,
hanya sedikit rasa aku mencintaimu karena dirimu.
Sebab, jika besar rasa itu maka tumbuhlah egoku untuk merampasmu dari hal-hal yang biasa kau lakukan.
Sebab, bagiku yang utama adalah wajibmu, bukan aku.
Karena aku hanya seseorang yang mencintaimu pada hari ini, di setiap hari.
Tak sederas hujan bak beberapa hari lalu,
namun hujan yang lembut, gerimis…
Namun hujan dari awan yang mendung setiap hari, mengalahkan sejuknya embun setiap pagi, dan mengisi hatimu dengan berjuta puisi seperti ini,
dari sana…
dari sesuatu bernama hati.

Jika bukan karenamu, Kasih… aku takkan berpuisi sepagi ini.

Untuk lelaki yang sangat baik hatinya,
Rama Bayu.

Malang, 18 Oktober 2014
Sindy Asta.